BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
Post partum adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh
alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2004). Selain itu masa nifas
/ purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu
(Mansjoer et.All. 2008).
B.
TAHAPAN MASA NIFAS
1.
Puerperium
Dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. dalam agama islam, dianggap bersih dan dapat bekerja setelah 40
hari post partum.
2.
Puerperium
Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.
3.
Remote
puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
C.
ADAPTASI
FISIOLOGIS POST PARTUM
Menurut
Bobak (2005, hh. 496-502) dan Reeder et al (2011, hh. 5-17) perubahan
fisiologis pada ibu post partum adalah sebagai berikut :
1.
Sistem reproduksi dan
struktur terkait dalam proses involusi.
a.
Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini mulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b.
Kontraksi
Selama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena
penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama ini, biasanya
suntikan oksitosin secara intravena dan intramuscular diberikan segera setelah
plasenta lahir.
c.
Afterpains
Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih
nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misal: pada
bayi besar, kembar) menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri
karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
d.
Tempat plasenta
Segera setelah plasenta lahir dan ketuban
dikeluarkan kontraksi vascular dan trombosis menurun tempat plasenta kesatu
area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Konstriksi vaskular dan trombus
menyumbat pembuluh darah yang ada di bawah tempat plasenta tersebut. Kondisi
ini menyebabkan homeostasis (untuk mengontrol perdarahan pascapartum) dan
menyebabkan beberapa nekrosis daerah endometrium.
e.
Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal
dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Terdiri dari darah, sisa lapisan
endometrium/desidua, sisa selaput ketuban yang nekrotik, sisa dari tempat
implantasi plasenta.
1) Lochea
rubra (cruenta/kruenta)
Pada
hari ke 1-2 postpartum. Warna merah, terdiri dari darah segar, sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernuks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2) Lochea
sanguinolenta
Pada
hari ke 3-7 post partum. Warna merah-kuning, putih, terdiri dari darah dan
lendir.
3) Lochea
serosa
Pada
hari ke 7-14 postpartum. Warna kuning, terdiri dari cairan tidak berdarah lagi.
4) Lochea
alba :
Setelah
hari ke 14 sampai 6 minggu setelah bayi lahir. Warna putih, bau khas agak
sedikit amis. Jumlah rata-rata keluaran lochea 240-270 ml.
Untuk
memperkirakan jumlah cairan lochea yang keluar diukur dengan cara sebagai
berikut :
1) Dengan
menimbang pembalut sebelum digunakan dan setelahnya setiap ada peningkatan
1gram sama dengan 1ml.
2) Dengan
melihat noda darah yang ada di pembalut dibedakan menjadi : sedikit (<5cm),
sedang (5-10cm), banyak (>10cm) dan berlebihan bila dalam 1jam pembalut
sudah penuh dengan darah.
f.
Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu
melahirkan 18 jam pasca partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula, muara serviks yang berdilatasi 10 cm
sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. 2 jari mugkin masih dapat
dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi
hanya tangki kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2.
g.
Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan
kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita multipara
h.
Tuba fallopi dan ligamen
Perubahan histologik pada tuba fallopi
menunjukkan pengurangan ukuran sel-sel sekretorik, penurunan ukuran dan jumlah
sel-sel silia, dan atropi epitelium tuba. Setelah 6-8 minggu, epitelium
mencapai suatu kondisi fase folikular awal siklus menstruasi. Inflamasi
nonbakteri yang sifatnya sementara pada lumen tuba muncul sekitar hari keempat.
Ligamen yang menyokong uterus, ovarium,
dan tuba fallopi yang telah mengalami ketegangan tarikan yang kuat, relaksasi
setelah proses melahirkan. Ligamentum kembali ke ukuran dan posisi normal
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
i.
Otot penyokong panggul
Jaringan penopang dasar panggul yang
terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk
kembali tonus semula yang disebut relaksasi panggul, struktur ini terdiri atas
uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih dan rectum
j.
Dinding abdomen
Dinding abdomen pulih sebagian dari
peregangan yang berlebihan, tetapi tetap lunak dan kendur selama beberapa
waktu.
2.
Sistem Endrokin
a. Hormon
Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon
human placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun secara bermakna pada masa puerperium.
b. Hormon
hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi
pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang
tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.
c. Perubahan
endokrin lainnya
Kadar hormon pertumbuhan adalah rendah
pada kehamilan lanjut dan pascapartum awal (sekitar 3 hari). Hormon tiroid
biasanya tetap tidak berubah dari masa akhir kehamilan. Hormon kortikosteroid
menurun setelah melahirkan menuju kadar sebelum hamil pada akhir minggu
pertama. Kadar renin dan angiotensin II
menurun menuju kadar sebelum hamil pada 2 jam setelah melahirkan.
3.
Sistem urinarius
a. Fungsi
ginjal
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar
steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal.
b. Komponen
urine
Glukosuria terjadi pada awal masa
pascapartum pada 20% wanita namun segera menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal. Proteinuria ringan (+1) terjadi selama
1 sampai 2 hari pada 50% wanita yang berhubungan dengan katalisis pascapartum.
Kadar BUN meningkat karena otolisis otot uterus (pemecahan sel-sel otot yang
berlebihan). Asetonuria dapat terjadi akibat perubahan metabolisme lemak atau
dehidrasi.
c. Metabolisme
air
Kembalinya metabolisme air dari kondisi
hamil merupakan hasil dari penurunan kadar hormon steroid dan involusi
pascapartum.
d. Diuresis
Pasca partum
Diuresis hebat terjadi pada 2 sampai 3
hari pertama pascapartum.
e. Uretra
dan kandung kemih
Mukosa kandung kemih setelah pelahiran
menunjukkan berbagai derajat edema dan hiperemia, dengan penurunan tonus
kandung kemih. Dengan pengosongan kandung kemih yang adekuat, tonus biasanya
pulih dalam 5 sampai 7 hari.
4.
Sistem Pencernaan
a. Nafsu
makan
Kebanyakan wanita merasakan lapar tepat
setelah melahirkan dan dapat menikmati kudapan dan minuman. Perubahan
metabolisme karbohidrat dan pengeluaran energi selama persalinan meningkatkan
nafsu makan.
b. Rasa
haus
Kebanyakan wanita sangat haus pada 2
sampai 3 hari pertama karena perpindahan cairan antara ruang interstisial dan
sirkulasi akibat diuresis. Restriksi cairan selama persalinan juga menyebabkan
rasa haus.
c. Motilitas
Motilitas dan tonus sistem
gastrointestinal kembali normal dalam 2 minggu setelah melahirkan. Secara khas,
penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
sikat setelah bayi lahir.
d. Defekasi
Konstipasi merupakan suatu hal yang umum
terjadi selama masa pascapartum awal. Hal ini akibat relaksasi usus yang
disebabkan oleh kehamilan dan distensi otot abdomen yang menyebabkan kurangnya
bantuan dalam proses eliminasi.
e. Penurunan
berat badan
Penurunan berat badan segera setelah melahirkan
rata-rata sebanyak 6 kg yang mencakup berat janin, plasenta, cairan amnion, dan
kehilangan darah.
5. Payudara
Perubahan progresif terjadi pada payudara
selama kehamilan sebagai persiapan laktasi.
a. Kolostrum
Selama kehamilan lanjut, sejumlah kecil
kolostrum dapat disekresikan. Setelah melahirkan, terjadi peningkatan sejumlah
produksi pengeluaran kolostrum selama 3 sampai 4 hari pertama. Kolostrum
mengandung lebih banyak protein dan garam-garam anorganik, tetapi sedikit lemak
dan karbohidrat dibandingkan ASI.
b. Laktasi
Pada hari ketiga dan keempat pascapartum,
ASI biasanya keluar. Terdapat suatu perubahan warna sekresi yang jelas dari
puting.
c. Pasokan
ASI
Secara umum, jumlah ASI meningkat seiring
dengan meningkatnya kebutuhan bayi baru lahir akan ASI. Pasokan ASI bergantung
pada beberapa faktor, seperti diet ibu, jumlah istirahat, dan latihan yang
dilakukan.
d. Hambatan
laktasi
Produksi dan pengeluaran air susu dapat
dihambat pada tingkat payudara, kelenjar hipofisis, atau hipotalamus. Ketika
refleks pengeluaran air susu dihambat selama beberapa hari, alveoli yang
membesar akan menekan proses laktasi.
6. Sistem
Kardiovaskuler
a. Volume
darah
Perubahan volume darah setelah melahirkan
berhubungan dengan kehilangan darah dan diuresis pasca melahirkan. Rata-rata
kehilangan darah pada persalinan normal per vaginam adalah 400-500 ml, untuk
persalinan dengan seksio sesarea kehilangan darah sering kali lebih dari 1000
ml.
b. Curah
jantung
Denyut jantung setelah melahirkan akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Tekanan
darah dan frekuensi jantung
Tekanan darah mengalami sedikit perubahan
di bawah keadaan normal. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan karena pembengkakan kelenjar limpa.
d. Varises
Varises
di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil
sampai setelah melahirkan.
7. Sistem
Neurologi
Setelah melahirkan, adaptasi neurologis
yang disebabkan kehamilan kembali semula. Berbagai ketidaknyamanan akibat
penekanan saraf menghilang saat tekanan mekanik akibat pembesaran uterus dan
tekanan akibat retensi cairan tubuh mereda.
8. Sistem
Muskuloskeletal
Adaptasi
sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pasca partum.
9. Sistem
integument
Hiperpigmentasi di puting, areola dan
linea nigra secara bertahap berkurang setelah melahirkan. Walaupun warna gelap
di berbagai area ini dapat memudar, warnanya mungkin tidak kembali seperti
sebelum hamil.
10. Sistem
respirasi
Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas
rongga toraks setelah melahirkan menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada
fungsi pulmonal. Dalam 6 bulan pascapartum, fungsi pulmonal kembali ke kondisi
sebelum hamil.
- ADAPTASI PSIKOLOGIS
Pada
ibu nifas juga terjadi perubahan psikologi, seperti:
1. Fase/tahapan
psikologis ibu post partum / penyesuaian maternal terhadap bayi :
a. Taking
in
1)
Periode
ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kehawatiran akan tubuhnya.
2)
Ibu
akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
3)
Tidur
tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
4)
Peningkatan
nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan biasanya bertambah. Nafsu makan
yang kurang menandakan proses pengemablian kondisi ibu tidak berlangsung
normal.
b. Taking
bold
1)
Berlangsung
2-4 hari post partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.
2)
Perhatian
terhadap fungsi-fungsi tubuh
3)
Ibu
berusaha keras untuk menguasai ketreampilan untuk merawat bayi. Ibu agak
sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga
cenderung menerima nasehat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan
kritikan yang bersifat pribadi.
c. Letting
go
1) Terjadi
setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga.
2) Ibu
mengambil tanggung jawab terhadap perawat bayi.ia harus beradaptasi dengan
kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu
dalam kebebasan dan berhubungan social.
3) Pada
periode ini umumnya terjadi post partum. Banyak ibu mengalami perasaan let down
setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan
keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak.
Umumnya, depresi ini sedang dan mudah berubah dimulai 2-3 hari setelah
melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu kemudian.
2. Fase
honeymoon
Fase setelah anak lahir, terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu,
ayah, dan anak yang disebut psikis honeymoon, masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
3. Bonding
attachment (ikatan kasih)
Terjadi
pada kala IV, diadakan kontak antara ibu – ayah – anak dan tetap dalam ikatan
kasih. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya
untuk proses ikatan kasih.
4. Depresi
pasca melahirkan (post partum depression)
25% dialami
ibu post partum. Gejala dini pada 3 bulan pertama postpartum sampai bayi
berusia 1 tahun.
5.
Psikosa pasca melahirkan (post
partum psychosis)
Jarang
terjadi pada ibu dengan abortus, tubuh bayi dalam kandungan / lahir. Gejala
terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa: delusi, halusinasi dan
perilaku yang tidak wajar. Penyebab yang mungkin berhubungan ialah perubahan
tingkat hormonal, stress psikologis dan fisik, sifat pendukung tidak memadai.
6.
Murung pasca melahirkan (postpartum
blues)
Sering
dimanifestasikan pada hari ketiga atau ke 4, memuncak pada hari ke 5-14
postpartum. Gejala meliputi : episode menangis, merasa sangat lelah, insomnia,
mudah tersinggung, sulit konsentrasi.
(Bahiyatun
2009, hh.64-65).
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang menurut Reeder et al (2011, h. 45)
1. Pemeriksaan
darah lengkap, hematokrit, atau hemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam
setelah persalinan untuk mengetahui apakah ada anemia atau tidak.
2. Tes
gula darah puasa pada wanita yang didiagnosis daibetes gestasional untuk
memastikan bahwa penyakit ini bukan diabetes yang sebenarnya. Nilai gula darah
puasa > 140 ml/dl pada dua kali pemeriksaan secara terpisah menguatkan
diagnosis diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM).
3. Tes
fungsi tiroid pada wanita yang dosis tiroidnya berubah selama ia hamil.
- PERAWATAN MASA NIFAS
Manuaba
(2005) perawatan masa nifas lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan :
1.
Memperlancar pengeluaran
lochea, mengurangi infeksi puerperium
2.
Mempercepat involusi alat
kandungan
3.
Melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan
4.
Meningkatkan kelancaran
peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme
Perawatan
puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
1.
Rawat gabung
Perawatan dan bayi dalam satu ruangan
bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih tajam.
2.
Pemeriksaan umum
a. Kesadaran
penderita
b. Keluhan
yang terjadi setelah persalinan
3. Pemeriksaan
khusus
a. Fisik
: tekanan darah, nadi, dan suhu.
b. Periksa
wajah : apakah anemis/edema/ikterik?
c. Fundus
uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
d. Payudara
: puting susu, pembengkakan atau stuwing ASI, pengeluaran ASI
e. Patrun
lochea : lochea rubra, lochea sanguinolenta.
f. Kandung
kemih : apakah terjadi distensi kandung kemih?
g. Laserasi
jalan lahir : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kolor, fungsiolesa)
4. Pemulangan
parturien dan pengawasan ikutan
Nasehat yang perlu diberikan saat
memulangkan adalah :
a. Diet
Masalah
diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan
kesehatan dan memberikan ASI.
b. Pakaian
Pakaian
agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
c. Miksi
dan buang air besar
Miksi
dan buang air besar diatur sehingga kelncaran kedua sistem tersebut dapat
berlangsung dengan baik.
d. ASI
dan puting susu
Kedua
payudara harus dikosongkan saat memberikan ASI, sehingga kelancaran pembentukan
ASI dapat berjalan dengan baik.
e. Kembalinya
datang bulan atau menstruasi
Dengan
memberikan ASI kembalinya menstruasi atau haid sulit diperhitungkan dan
bersifat individu. Sebagian besar menstruasi kembali setelah 4 sampai 6 bulan.
- PENATALAKSANAAN
Tindakan
yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan
Diri
a. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan
ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa
ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
c. Sarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
d. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan
ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan
ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan
pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.
b. Jelaskan
bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti :
1) Tidur
telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima.
Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk
memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot
pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi
latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai
dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu
harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu
menyusui harus:
a. Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d. Tablet
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e. Minum
kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
5. Perawatan
Payudara
a. Menjaga
payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan
BH yang menyokong payudara
c. Apabila
putting susu lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap kali selesai menyusui.
d. Apabila
lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Apabila
payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan
payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
2) Urut
payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan
ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan
bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan
dengan tangan.
5) Letakkan
kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara
dikeringkan.
6. Hubungan
Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap
.
7. Keluarga
Berencana
metode amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko
cara ini adalah 2 % kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
(Saefudin, 2004).
- KOMPLIKASI
Beberapa
bahaya ibu post partum
antara lain :
1. Perdarahan
pascapartum
2. Tromboemboli
3. Rasa
sakit bagian abdomen atau punggung
4. Infeksi
saluran genital
5. Depresi
pascapartum
6. Infeksi
saluran kemih
(Reeder
et al 2011, hh.481-503)
- PENGKAJIAN FOKUS
a. Tanda-tanda
vital
1) Suhu
Suhu
naik 38ºC pada hari pertama, dan pada
hari kedua sampai ketiga dalam rentang normal.
2) Frekuensi
nadi
Pada
hari pertama nadi 40-70x/menit dan pada hari kedua sampai ketiga terjadi
bradikardi atau normal
3) Tekanan
darah
Dalam rentang normal
4) Pernafasan
Dalam rentang normal
b. Pemeriksaan
fisik
1) Involusi
Pada
hari pertama fundus uteri setinggi umbilikal, lokhea rubra, jumlah sedang dan
bau amis. Hari kedua sampai ketiga fundus 1-2 cm di bawah umbilikus, lokhea
rubra sampai serosa, jumlah sedang, bau amis atau tidak berbau.
2) Abdomen
Pada hari pertama sampai ketiga abdomen
lembek dan kendur.
3) Perineum
Pada
hari pertama perineum mengalami edema, bersih. Pada hari kedua sampai ketiga
edema berkurang, bersih.
4) Payudara
a) Konsistensi
Pada
hari pertama konsistensi lunak dan keluar kolostrum. Pada hari kedua sampai
ketiga konsistensi mengeras, membesar, dan hangat.
b) Puting
Pada
hari pertama puting utuh. Pada hari kedua sampai ketiga dapat mengalami luka
yang memerah.
c) Laktasi
Pada
hari pertama keluar kolostrum. ASI mulai keluar pada hari kedua sampai hari
keempat.
5) Ekstremitas
Edema
pretibia/pedis, tanda Hofman negatif.
c. Eliminasi
Pada
hari pertama berkemih lebih dari 3000 ml dan belum defekasi. pada ahri kedua
sampai ketiga berkemih berkurang dan mulai defekasi.
d. Ketidaknyamanan
Luka
pada perineum, nyeri pada hemoroid, sakit seluruh tubuh.
e. Tingkat
energi
Keletihan,
mengantuk.
f.
Nafsu makan
Sangat
lapar, sering haus
g. Keadaan
emosional
Eforia,
senang, bahagia, puas sampai cemas, khawatir.
h. Pengkajian
psikososial
Pengkajian
faktor emosional, perilaku, dan sosial pada masa pascapartum memungkinkan
perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga terhadap dukungan,
penyuluhan, dan bimbingan antisipasi. perawat juga mengkaji kemampuan dan
pengetahuan ibu terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan
pemeliharaan kesehatan serta tentang perasaan tentang diri dan gambaran
dirinya.
(Reeder
et al 2011, hh.40-47)
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
2. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan, peningkatan kehilangan.
3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jeringan, statis cairan tubuh
(lokhia), penurunan Hb.
4. Ketidakefektifan pemberian
ASI berhubungan dengan gangguan/keterlambatan neurologis.
- FOKUS INTERVENSI
1. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan menjadi adekuat.
Hasil
yang diharapkan:
a. Tanda
vital dalam batas normal
b. Hasil
laboratorium darah dalam rentang normal
c. Gas
darah dalam batas normal
Intervensi
dan rasional :
a. Monitor
tanda vital tiap 5-10 menit
Rasional
: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
b. Catat
perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.
Rasional
: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer
berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
c. Kaji
ada / tidak adanya produksi ASI.
Rasional
: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam
produksi ASI.
d. Tindakan
kolaborasi :
1) Monitor
hasil laboratorium darah
2) Monitor
kadar gas darah dan PH
3) Berikan
terapi oksigen
2.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan penurunan masukan, peningkatan kehilangan.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan adekuat.
Hasil
yang diharapkan :
a.
Tidak ada tanda
perdarahan
b.
Tanda-tanda vital dalam
batas normal
Intervensi
dan rasional :
a.
Monitor tanda vital
Rasional : Perubahan tanda vital terjadi
bila perdarahan semakin hebat.
b.
Monitor intake dan output
setiap 5-10 menit
Rasional : Perubahan output merupakan
tanda adanya gangguan fungsi ginjal
c.
Evaluasi kandung kencing
Rasional : Kandung kencing yang penuh
menghalangi kontraksi uterus
d.
Berikan infus atau cairan
intravena
Rasional : Cairan intravena dapat
meningkatkan volume intravaskular
e.
Berikan uterotonika (
bila perdarahan karena atonia uteri )
Rasional : Uterotonika merangsang
kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, statis cairan tubuh
(lokhia), penurunan Hb.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Hasil yang diharapkan:
a. Bebas
dari infeksi, tidak demam, urine jernih tidak pucat.
b. Mendemonstrasikan
teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan.
c. Menunjukkan
luka bebas dari drainage purulen.
Intervensi dan Rasional :
a. Pantau
suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi.
Rasional
: Peningkatan suhu > 38°C
dalam 24 jam pertama sangat menandakan infeksi
b. Catat
jumlah dan bau Lokhea.
Rasional
: Secara normal mempunyai bau agak amis. Jika berbau busuk maka sudah ada peran
bakteri.
c. Inspeksi
sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam.
Rasional
: Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan
uterus
d. Perhatikan
frekuensi atau jumlah berkemih.
Rasional
: Stasis urinarius meningkat resiko terhadap infeksi
4. Ketidakefektifan pemberian
ASI berhubungan dengan gangguan/keterlambatan neurologis.
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan ibu dan bayi tidak mengalami
diskontinuitas pemberian ASI dengan kriteria hasil:
a.
Kemantapan menyusu
bayi
b.
Mempertahankan
menyusui
Rasional:
a.
Kaji kemampuan
keluarga untuk mendukung laktasi/rencana menyusui
b.
Kaji keinginan dan
motivasi ibu untuk meneruskan proses menyusui
c.
Ajarkan tentang
laktasi dan pengeluaran ASI secara manual
d.
Beri dorongan untuk
keberlangsungan menyusui
DAFTAR
PUSTAKA
Capenito, LJ.
2007. Buku Saku
Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah
Monica Ester. SKp. Jakarta : EGC.
Bahiyatun. 2009. Asuhan kebidanan
nifas normal. Jakarta: EGC.
Bobak,
I. 2005. Maternity and Ginekologi Care. Bandung: Yayasan IAPKP.
Manuaba, I. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Reeder, S, Martin, L, Griffin, D.
2011. Keperawatan Maternitas, edk. 2, vol. 2. Jakarta : EGC.
Saifudin, A. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Wiknyosastro, H. 2004. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo.
Sharing information is beautiful. Thank you for an interesting article discussion
BalasHapusTanaman Herbal Penyakit Eksim
Makanan Yang Dianjurkan Bagi Penderita Eksim
Health is a very valuable asset.
BalasHapusMakanan Sehat Bagi Penderita Tumor Colli Dextra
Gejala Tumor Colli Dextra